Kamis, 28 Februari 2013


BAB II
TINJAUAN UMUM


II.1      Sejarah PT. Pertamina (Persero)
PT. Pertamina (Persero) merupakan suatu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang eksplorasi dan pengolahan minyak serta gas bumi menjadi berbagai jenis bahan bakar dan petrokimia. Sejarah berdirinya  PT. Pertamina (Persero) dimulai pada tahun 1871, ketika Jhon Reenik melakukan eksplorasi sumber minyak bumi pertama kali di Indonesia, tepatnya di kaki Gunung Ceremai. Usaha eksplorasi yang dilakukan oleh Reenik ini mengalami kegagalan. Lalu pada tanggal 15 Juni 1885, Aleko Jan Zooen Zijkler berhasil melakukan proses pengeboran di Pangkalan Brandan dan menjadikan sumur minyak tersebut sebagai sumur minyak komersial pertama di Indonesia.
Sejak keberhasilan Zjikler itulah usaha-usaha pengeboran minyak di berbagai daerah di Indonesia mulai dilakukan. Beberapa usaha pengeboran minyak yang dilakukan antara lain di Telaga Said (Sumatera Utara) pada tahun 1885, Krika (Jawa Timur) pada tahun 1887, Ledok (Cepu) pada tahun 1901, dan Talang Akar (Pendopo) tahun 1921. Hal ini mendorong tumbuhnya perusahan-perusahan minyak asing pada abad ke-19 antara lain:
a.       AS (Andrian Stoop), pada tahun 1887
b.      KNPC (Klininklijke Nederlandsche Petroleum Company), pada tahun 1890
c.       STTC (Shell Transport and Trading Company), pada tahun 1890
d.      TKSG (The Kloninklijke Shell Group), pada tahun 1894
e.       BPM (Bataafsche Petroleum Company), pada tahun 1894
f.       DPC (Dortsche Petroleum Company), pada tahun 1894
g.      NKPM (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894
h.      NPPM (Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij), pada tahun 1894
i.        STANVAC (Standard Vacuum Oil), pada tahun 1933
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, berbagai upaya dilakukan untuk mengambil ahli perusahaan-perusahaan asing yang menguasai minyak dan gas di Indonesia.  Pada tahun 1951, perusahaan minyak nasiaonal pertama di Indonesia didirikan dengan nama PerusahaanTtambang Minyak Negara Republic Indonesia (PTMRI). Lalu pada tanggal 10 Desember 1957, PT EMTSU diambil ahli oleh Indonesia dan dilakukan perubahan nama menjadi PN PERMINA, dan tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahirnya PT. PERTAMINA (Persero). Pada tahun 1961, pemerintah mengeluarkan UU No. 44 Tahun 1961 yang menyatakan pembentukan tiga perusahaan Negara di bidang minyak dan gas yaitu:
a.       PN PERTAMIN didirikan  berdasarkan PP No. 3/1961
b.      PN PERMINA didirikan berdasarkan PP No. 199/1961
c.       PN PERMIGAN didirikan berdasarkan PP No. 199/1961
Pada tahun 1965, PN PERMIGAN dibubarkan dan semua kekayaan, yaitu sumur minyak dan penyulingan di Cepu, diserahkan kepada Lemigas, sedangkan fasilitas produksinya diserahkan kepada PN PERMINA dan fasilitas pemasarannya diserahkan kepada PN PERTAMIN. Pada 1968, berdasarkan PP No. 27/ 1968, PN PERTAMIN dan PERMINA digabung menjadi satu perusahaan yang menjadi pengelola tunggal dibidang industry minyak dan gas bumi di Indonesia dan diberi nama Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA). Pada tahun 1971, PN PERTAMINA berubah nama menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PERTAMINA). Tugas utama PT. PERTAMINA diatur dalam UU No.8 Tahun 1971, yaitu sebagai berikut:
1.      Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas dalam arti seluas-luasnya, guna memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara.
2.      Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah.
Pada tanggal 17 September 2003, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 dan PP Noo. 31 Tahun 2003 PT. PERTAMINA berubah nama menjadi PT. Pertamina (Persero). PT Pertamina (Persero) memiliki tugas-tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sebagai berikut:
1.      Eksplorasi dan Produksi
Kegiatan ini mencakup upaya pencarian lokasi yang memiliki potensi ketersediaan minyak dan gas bumi, kemungkinan penambangannya, serta proses produksi menjadi bahan baku untuk proses pengolahan
2.      Pengolahan
Kegiatan ini tersusun dari proses-proses pemisahan dan pemurnian untuk mengolah minyak dan gas mentah menjadi produk yang diinginkan seperti premium, solar, kerosin, petrokimia, dan lain-lain
3.      Pembekalan dan Pendistribusian
Kegiatan ini meliputi penampungan, penyimpanan, serta pendistribusian bahan baku ataupun produk akhir yang siap dikirim.
4.      Penunjang
Kegiatan penunjang mencakup segala kegiatan yang dapat menunjang terselenggaranya kegiatan-kegiatan eksplorasi, produksi, pengolahan, pembekalan, dan pendistribusian. Kegiatan penunjang ini diantaranya pengadaan penyukuhan keselamatan kerja, dan lain-lain.
PT. Pertamina (Persero) memiliki tujuh unit pengolahan (Refinery), namun pada tahun 2007, Refinery Unit I di Pangkalan Brandan berhenti beroperasi karena terdapat permasalahan pada pasokam bahan umpan. Keenam unit pengolahan lain yang masih beroperasi saat ini, yaitu:
1.       Refinery Unit II di Dumai-Sei Pakning, Riau
6.        Refinery Unit VII di Kasim, Papua
Gambar 2.1 menunjukkan peta persebaran dari Refinery Unit II sampai Refinery Unit VII PT. Pertamina (Persero) di Indonesia:
Gambar 2.1 : Refinery Unit PT. Pertamina (Persero) di Indonesia



II.2      Sejarah  PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju, Palembang
Salah satu Refinery Unit yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero) adalah Refinery Unit III Plaju yang terletak di Palembang. Sejarah dari RU III ini dimulai ketika ditemukannya sumur minyak bumi di Telaga Tunggal pada tahun 1885. PT. Pertamina (Persero) RU III memiliki luas area sebesar 384 hektar yang terbagi menjadi dua, yaitu daerah plaju sebesar 230 hektar dan daerah sungai gerong sebesar 154 hektar, pada awalnya terdapat dua kilang yang terpisah dari Refinery Unit ini, yaitu kilang Plaju dan kilang Sungai Gerong.
Kilang Plaju didirikan pada tahun 1903 oleh perusahaan minyak dari Belanda, yaitu Shell. Kemudian pada tahun 1926, perusahaan minyak dari Amerika Serikat, yaitu Stanvac, mendirikan kilang Sungai Gerong. Sejarah perkembangan Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong dapat dirangkum dalam Tabel 1 di bawah ini:
Tahun
Kegiatan
1903
Kilang Plaju didirikan oleh Shell
1926
Kilang Sungai Gerong didirikan oleh Stanvac
1965
Kilang Plaju dibeli dari Shell oleh Negara (PERTAMINA)
1970
Kilang Sungai Gerong dibeli dari Stanvac oleh Negara (PERTAMINA)
1971
Unit polypropylene mulai dibangun dengan kapasitas 20.000 ton per tahun
1972
Proyek integrasi kilang Plaju dan Sungai Gerong mulai dilakukan
1982
Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM I) yang berkapasotas 98 MBCD dan pembangunan High Vacum Unit (HVU) Sungai Gerong serta revamping CDU untuk konservasi energy
1984
Proyek pembangunan Kilang TA/PTA (Terephthalic Acid/Purified Terephthalic Acid) dengan kapasitas produksi 150.000 ton per tahun
1986
Kilang TA/PTA mulai berproduksi
1987
Proyek pengembangan konservasi energy atau Energy Conservation Improvement (ECI)
1988
Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)
1990
Debottlenecking kapasitas unit TA/PTA menjadi 225.000 ton per tahun
1993
Total Plant Test dengan kapasitas 131,1 MBSD dan pelaksanaa proyek RTL hasil Plant Test
1994
Pelaksanaa Proyek Kilang Musi (PKM) II yang meliputi revamping RFCCU, pembangunan New Ploypropylene, perubahan listrik dari 60 Hz menjadi 50 Hz di Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II Plaju menjadi CDU, dan mendesain ulang Cyclone FCCU Sungai Gerong
1996
Unit Redistilling I/II dimodifikasi menjadi CDU
2002
Pembangunan jembatan integrasi yang menghubungkan Kilang Plaju dan Kilang Sungai Gerong
2007
Kilang TA/PTA berhenti beroperasi
Tabel 1 : Sejarah Perkembangan PT. Pertamina (Persero) RU III
Tugas utama dari PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju tercantum dalam UU No. 8 tahun 1971, yaitu menyediakan bahan baku bagi perkembangan dan pertumbuhan industri dalam negri. Peraturan ini diterjemahkan dalam kegiatan produksi yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong yaitu secara khusus mengolah bahan bakar (BBM) dan non-BBM.
Produk-produk BBM yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III adalah Avtur, Premium, Kerosene, Pertamax Racing Fuel, ADO (Automotive Diesel Oil), IDO (Industrial Diesel Oil), serta Feul Oil. Sedangkan produk non-BBM yang dihasilkan adalah LPG, Musi Cool (refrigerant), LSWR (Low Sulphur Waxy Residu), serta biji plastic Polytam ( polypropylene).
Gambar 2.2 : PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju


II.3      Visi, Misi, serta Value dari PT. Pertamina (Persero) RU III
II.3.1   Visi
Visi PT. Pertamina (Persero) RU III adalah:
            “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia”
II.3.2  Misi
Misi dari PT. Pertamina (Persero) RU III adalah :
“Menjalankan usaha minyak, gas, serta energy baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”
II.3.3   Value
Value atau tata nilai yang berlaku di PT. Pertamina (Persero) RU-III terdiri dari 6C, yaitu:
Clean (Bersih)
·         Dikelola secara professional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, dan berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
Competitive (Kompetitif)
·         Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
Confident (Percaya Diri)
·         Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggan bangsa.
Costomer Focused (Fokus pada Pelanggan)
·         Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
Comersial (Komersial)
·         Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
Capable (Berkemampuan)
·         Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasa teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.


II.4      Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan struktur organisasi dari   PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju:
Gambar 2.3 : Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju di pimpin oleh seorang General Manager yang membawahi sebelas bagian, yaitu produksi, Turn Around (TA), Maintenance Planing and Support (MPS), Maintenance Execution, Legal and General Affairs, Engineering and Development (ENG & DEV), Refinery Planning and Optimization (RPO), Procurement, Health Safety and Environment (HSE), Reliability, dan OPI.


II.5      Facility Engineering
Facility Engineering merupakan  bagian dari Pertamina RU III Plaju – Sungai Gerong yang bertugas melakukan kajian berupa solusi keengineeringan terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan kejadian di lapangan. Kajian ini dapat berupa evaluasi, inovasi dan rekomendasi perubahan terhadap konstruksi unit kilang, penggunaan alat-alat baru, deteksi kerusakan perangkat dilapangan dan kajian-kajian lainnya yang dilakukan untuk memastikan unit berjalan dengan baik.
Ada beberapa divisi terkait dengan Facility Engineering di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong, yaitu :
1.         Instrument Technology Expert
       Instrument Technology Expert mengurus hal-hal yang berkaitan dengan instrumentasi di lapangan, baik itu sensor, sistem kontrol, ruang kendali, transmiter dan instrumen-instrumen lain di lapangan.
2.         Electrical Technology Expert
Electrical Technology Expert mengurus hal-hal berkenaan dengan kelistrikan arus kuat, distribusi listrik ke seluruh wilayah Pertamina, menaikkan dan menurunkan tegangan dan hubungan listrik arus kuat lainnya.
3.         Rotating Technology Expert
       Rotating Technology Expert mengurus hal-hal yang berkaitan dengan peralatan yang berputar dalam operasinya, antara lain pompa, motor, kompresor, turbin.
4.         Mechanical Technology Expert
Mechanical Technology Expert mengurus hal-hal yang berkenaan dengan perpipaan (sesuatu yang tidak “bergerak”).
5.         Management Of Change Leader
Seksi Management of Change Leader mengurus semua hal yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di plant RU III.
6.         Civil Technology Expert
Civil Technology Expert mengurus hal-hal yang berkenaan dengan konstruksi bahan bangunan





Engineering & Development memiliki struktur organisasi sebagai berikut.
Gambar 2.4 a: Struktur Organisasi Engineering & Development
Facility Engineering Section Head memiliki struktur organisasi sebagai berikut.
Engineering & Development
Manager
FACILITY ENGINEERING SECTION HEAD
ROTATING EQUIPMENT TECHNOLOGY EXPERT
MECHANICAL EQUIPMENT TECHNOLOGY EXPERT
ELECTRICAL EQUIPMENT TECHNOLOGY EXPERT
INSTRUMENT TECHNOLOGY EXPERT

MANAGEMENT OF CHANGE LEADER
CIVIL TECHNOLOGY EXPERT

 






Gambar 2.4 b: Struktur Organisasi Facility  Engineering

II.6      Garis Besar Proses Bisnis
Secara garis besar, proses bisnis PT. Pertamina (Persero) RU III dapat dibagi menjadi tiga, yaitu menerima Crude Oil, mengolahnya menjadi BBM maupun non-BBM, serta mendistribusikan produksi hasil olahan. PT. Pertamina (Persero)  RU III menerima Crude Oil dari berbagai sumur minyak, terutama di daerah Sumatera bagian selatan. Penerimaan Crude Oil dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui sistem perpipaan dan melalui kapal tanker.
Pada tahun 2011, 57% dari total penerimaan minyak mentah di PT. Pertamina (Persero) RU III berasal dari minyak tanah mentah yang didatangkan melalui sistem perpipaan. Jumlah minyak mentah yang didatangkan melalui sistem perpipaan ini menurun apabila dibandingkan dengan pada tahun 2010 yang mencapai 66%. Sedangkan sisanya, yaitu 31% berasal dari minyak mentah yang didatangkan melalui kapal tanker dan 12% didatangkan melalui kapal tonhkang (barge). Gambar 2.5 di bawah ini menunjukkan presentase minyak mentah yang didatangkan melalui sistem perpipaan, kapal tanker, dan juga kapal tongkang.
Gambar 2.5 : Presentase Penerimnaan Minyak Mentah






Pipa
·         SPD (South Palembang District)
·         TAP (Talang Akar Pendopo)
·         KSCO (Kaji Semoga Crude Oil)
·         RCO (Ramba Crude Oil
Kapal Tanker
·         GCO (Geragai Crude Oil)
·         BL/KL (Bula/Klamono
·         DCO (Duri Crude Oil)
·         SLC (Sumatera Light Crude)
·         SPO (Sepanjang Crude Oil)
·         Mudi Crude Oil

Tabel 2 : Minyak Mentah dari Pipa dan Kapal Tanker
Untuk beberapa jenis minyak tertentu akan langsung menjadi umpan, seperti SPD dan TAP yang akan masuk ke CDU V serta kaji dan RAMBA yang akan masuk ke CDU IV. Namun untuk jenis minyak mentah yang lain, akan dilakukan proses pencampuran (Blending) sebelum dijadikan umpan.
Proses pengolahan yang dilakukan di PT. Pertamina (Persero) RU III secara garis besar terbagi menjadi 4 tahap, yaitu proses pengolahan pertama (Primary Process), proses pengolahan lanjut (Secondary Process), proses Treating, dan proses pencampuran (Blending). Gambar 2.6 berikut ini menunjukkan aliran minyak mentah dan produk dalam proses pengolahan di PT. Pertamina (Persero) RU III:








Gambar 2.6 : Proses Pengolahan Minyak Bumi
II.6.1   Primary Processing
Primary processing merupakan proses pengolahan minyak mentah untuk memisahkan fraksi-fraksinya dengan distilasi. Proses distilasi dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan titik didih. Berikut ini adalah dua jenis distilasi yang digunakan dalam proses penyulingan di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju:
·         Distilasi atmosferik
Distilasi atmosferik bertujuan untuk memisahkan minyak mentah berdasarkan titik didihnya pada tekanan atmosferik.proses distilasi atmosferik di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju terdapat di CDU (Crude Distillation Unit) II, III, IV, V, VI. Setelah melalui proses distilasi atmosferik di CDU, minyak mentah terpisah menjadi straight run, nafta, kerosin, Light Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas Oil (HGO), dan Long Residue.
·         Distilasi vakum
Pada distilasi vakum, operasi pemisahan dilakukan pada tekanan vakum yang berkisar antara 30-80 mmHg (absolut) atau lebih rendah. Dengan tekanan vakum, titik didih komponen dapat diturunkan sehingga proses menjadi hemat energi. Proses distilasi vakum di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju terdapat pada unit HVU (High Vacuum Unit) untuk memisahkan fraksi-fraksi pada long residue hasil proses distilasi atmosferik pada CDU. Produk yang dihasilkan dari proses distilasi vakum adalah Light Vacuum Gas Oil (LVGO), Heavy Vacuum Gas Oil (HVGO), dan short residue (vacuum residue).
   
                        A                                                B
Gambar 2.7 : A. Crude Distillation Unit   B. High Vacuum Unit
II.6.2   Secondary Processing
Secondary Processing merupakan proses kelanjutan dari proses pengolahan pertama yang bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk tertentu dengan menggunakan reaksi kimia. Proses pengolahan lanjut bertujuan untuk mengolah fraksi-fraksi dari hasil proses pengolahan pertama dengan dekomposisi molekul (Cracking), kombinasi molekul (polimerisasi dan akilasi), perubahan struktur molekul (Reforming), serta proses-proses lain, seperti proses petrokimia.
Proses Cracking di RFCCU merupakan proses Catalytic Cracking karena proses ini menggunakan bantuan katalis untuk mempercepat dekomposisi molekul. RFCCU merupakan unit yang berfungsi untuk merengkah Long Residue dan MVGO serta HVGO menjadi fraksi-fraksi ringan dengan bantuan katalis dan panas. Katalis yang digunakan adalah serbuk silika alumina. Produk yang dihasilkan dari proses Catalytic Cracking di RFCCU adalah berupa Dry Gas, Raw PP (Polypropylene), LPG, Cat. Naphtha, LCGO, HCGO, Slurry, dan Coke.
Proses polimerisasi yang dilakukan di unit polimerisasi menggunakan umpan berupa Treated BB dan menghasilkan produk antara lain Residual BB dan polimer. Sedangkan proses alkilasi yang dilakukan di unit alkilasi menggunakan umpan berupa Treated BB dan menghasilkan produk berupa LPG, Light Alkylate, dan Heavy Alkylate.
Proses petrokimia terdapat pada Unit Polypropylene. Unit Polypropylene mendapatkan umpan berupa Raw Propane Propylene dari RFCCU. Produk dari Unit Polypropylene adalah Homopolymer Polypropylene pellet atau disebut Polypropylene pertamina (Poytam).         
II.6.3   Proses Treating dan Blending
Proses Treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dari produk BBM, seperti senyawa belerang dan merkaptan. Pada PT. Pertamina (Persero), proses Treating dilakukan di Stabilizer C/A/B, SRMGC, BBMGC, serta Unit Butane Butylene (BB) Treatin.
SR Tops (Straight Run) dari proses distilasi atmosferik akan masuk ke Stabilizer C/A/B. Stabilizer C/A/B menghasilkan produk-produk berupa gas, Crude Butane, Special Boiling Point X (SBPX), Dip Top (Low Ocane Mogas Component). Gas dari CDU II, III, IV, dan V serta produk dari Stabilizer C/A/B akan diolah lebih lanjut di SRMGC (Straight Run Motor Gas Compressor) untuk menghasilkan gas yang akan menjadi umpan BBMGC. BBMGC (Butane-Butylene Motor Gas Compressor) menghasilkan Comprimate, Residual Gas dan kondensat yang menjadi umpan untuk BB Distiller (Butane-Butylene Distiller) untuk menghasilkan Refinery Fuel Gas, Fresh BB, Stabilized Crack Top, dan propana.
Proses pencampuran (Blending) bertujuan untuk memenuhi spesifikasi produk yang telah ditentukan dengan penambahan zat aditif atau dengan pencampuran dua produk yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah pencampuran HOMC (High Octane Mogas Component) dengan Nafta untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan yang memenuhi spesifikasi produk.
Setelah melalui proses pengolahan, produk-produk dari PT. Pertamina (Persero) RU III didistribusikan ke beberapa daerah di Indonesia, antara lain Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bandar Lampung, Bangka Belitung, dan sebagian Kalimantan Barat. Produk-produk ini didistribusikan dengan berbagai cara, seperti melalui kapal-kapal tengker dan tongkang untuk Bangka dan Belitung, serta dengan menggunakan truk untuk transfortasi ke depot-depot di Kertapi, Lampung, Bengkulu, Lahat, dan Lubuk Linggau.
Untuk mendukung proses bisnis yang di lakukan, PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju memiliki beberapa unit serta fasilitas pendukung. Unit dan fasilitas pendukung ini berupa :




Secondary Processing Units
·         RFCCU                :20,5 MBCD
·         Polymerization     :2,3 MBCD
·         Alkylation            :1,8 MBCD
·         Polypropylene      :45,2 MBCD
Primary Processing Unit
·         CDU -2    : 16,2   MBCD
·         CDU -3    : 30,0   MBCD
·         CDU -4    : 30,0   MBCD
·         CDU -5    : 35,0   MBCD
·         CDU -6    : 15,0   MBCD
·         HVU –II  : 53,5   MBCD
Offsite Facilities
·         Storage tanks :
·         Crude oil                      : 40
·         Interrnediate product   : 73
·         Fuel product                : 96
·         Non feul product         : 37
·         Ports / jetties
·         Oil jetties                     : 9
·         General cargo              : 3
Supporting Facilities System

·          Power generation            : 3 @ 31 MW
·          Process & drinking water   : 2 Units
·          Cooling tower                 : 2 Units
·          Steam generator              : 13 Units
·          H2 and N2 plant             : 3 Units
·          Air Compressor              : 6 Units
·          Waste control Unit          : 3 Systems
 










Ganbar 2.8 : Unit dan Fasilitas Pendukung di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
Primary Processing Unit merupakan unit proses yang digunakan pada proses primer, yaitu distilasi atmosferik dan distilasi vakum. Setelah melalui proses distilasi, sebagian minyak diolah lebih lanjut di Secondary Process Unit untuk menjadi produk dengan nilai jual yang lebih tinggi. Supporing Facilities System merupakan unit-unit penunjang dalam kegiatan pemrosesan, seperti pembangkit listrik, pemurnian air, Cooling Tower untuk pendinginan berbagai macam substansi, Steam Generator untuk menghasilkan steam yang digunakan dalam berbagai proses pada kilang, H2 dan N2 Plant untuk memproduksi gas Hidrogen dan Nitrogen yang digunakan pada proses pengolahan minyak, Air Compressor, serta unit pengolahan limbah untuk mengolah limbah yang dihasilkan agas tidak mencemari lingkungan. Selain itu terdapat fasilitas penunjang kegiatan pemrosesan seperti tanki penampungan dan pelabuhan untuk kapal tanker dan Jetties.
II.7      Produk PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
                        Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju terbagi menjadi empat jenis produk, yaitu produk BBM, produk BBK, produk gas gan turunannya, serta produk non-BBM dan petrokimia. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero)  RU III Plaju beserta dengan kuantitasnya dalam ribu kiloliter di tahun 2011.
BBM
BBK
Gas dan Turunan
Non-BBM dan Petrokimia
Premium 1.091
Avtur   72
LPG (ton)      127.508
LAWS     20
Kerosene 188
Pertamax  4
Musicool +
 HAP (ton)        537
SPBX      27
ADO    1.699
Naphthe  988

Polytam (ton) 50.733
IDO  58
Vac.  73


IFO  650
Res.   5


Tabel 3 : Produk PT.Pertamina (Persero) RU III Plaju
Premium
            Premium merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang memiliki standar bilangan oktan 88 dan berwarna kuning. Premium didapat dari hasil blending bahan bakar beroktan tinggi, yaitu Catalytic Naphta dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan rendah, yaitu Naphta II dari unit CD sehingga menghasilkan bilangan Oktan 88.
Kerosene
Kerosene atau minyak tanah merupakan bahan bakar keperluan rumah tangga yang dihasilkan oleh unit CD. Kerosene berwarna kuning muda.
ADO (Automotive Diesel Oil)
Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin diesel yang dihasilkan oleh unit CD. Solar berwarna oranye.

IDO (Industrial Diesel Oil)
IDO merupakan bahan bakar berwarna hitam untuk mesin diesel dengan harga dan kualitas di bawah solar yang dipasarkan untuk keperluan industri (mesin-mesin pabrik). IDO dihasilkan oleh CDU.
IFO (Industrial Fuel Oil)
IFO merupakan bahan bakar yang juga berwarna hitam untuk mesin non-diesel dengan harga dan kwalitas dibawah premiun untuk keperluan industri. IFO dihasilkan dari unit CD.
AVTUR
Avtur merupakan bahan bakar pesawat turbin atau jet yang berwarna kuning muda. Avtur dihasilkan dari unit gas Plant.
Pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang memiliki standart bilangan oktan yang lebih tinggi dari premiun, yaitu 92. Pertamax dihasilkan dengan cara menambahkan zat aditif pada proses pengolahannya di kilang.
Naptha
Naptha adalah hidrokarbon ringan yang memiliki titik didih pada rentang titik didih bahan bakar. Naptha berfungsi sebagai banhan bakar mobil, motor, dan perkapalan, serta untuk produksi ammonia dan industri petrokimia lainnya.
Vacuum Residue
Vacuum Residue merupakan produk sisa dari proses distilasi vakum pada HVU yang sudah tidak dapat diolah lagi dan dijual dengan harga rendah.
LPG ( Liquefied Petroleum Gas)
LPG merupakan bahan bakar berbentuk gas yang digunakan baik dalam industri maupun dalam rumah tangga.
Musicool
Musicool merupakan Refrigerant yang digunakan sebagai bahan pendingin pada alat pendingin seperti kulkas dan AC. Musicool merupakan sebuah produk terobosan pertamina karena produk ini tidak menghasilkan gas-gas yang dapat menyebabkan pemanasan global seperti pendingin lain yang menggunakan Freon.
HAP
            HAP merupakan gas aerosol yang digunakan sebagai gas pendorong pada berbagai produk seperti deodorant, pewangi ruangan, dan produk lain yang memerlukan gas pendorong.
LAWS
LAWS (Low Aromatic White Spirit) merupakan Solvent yang digunakan dalam berbagai proses kimia seperti dalam pembuatan cat, tinta, dan produk kimia lainnya.
SPBX
SPBX merupakan suatu solvent atau bahan campuran yang di gunakan dalam industri kimia.
POLYTAM
Polytam merupakan produk bijih plastik (Polypropylene) yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik.
Diagram pada Gambar 2.9 di bawah ini menunjukkan persentase volume produksi untuk setiap produk yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju. Dapat dilihat bahwa produk yang paling banyak dihasilkan adalah produk solar, diikuti dengan premiun dan Fuel Oil.
Gambar 2.9 : Proporsi Produk Hasil Olahan
Pada Gambar 2.10 di bawah ini, dapat dilihat perubahan jumlah produksi dari produk-produk BBM yang dihasilkan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju. Dapat dilihat bahwa produksi kerosene atau minyak tanah dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini terjadi akibat adanya program konversi minyak tanah ke LPG sehingga permintaan akan minyak tanah pun semakin berkurang.
Gambar 2.10 : Profil Produksi BBM
              Selain produk-produk di atas, saat ini PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju juga akan memperkenalkan produk baru yaitu Pertamax Racing Fuel. Pertamax Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk mobil balap yang mengandung oktan yang cukup tinggi, yaitu di atas 100. Saat ini produk Pertamax Racing Fuel sedang dalam tahap peluncuran di berbagai daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar